Kamis, 03 April 2014

           KEGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM 
                                        BIDANG PERIKANAN


Dosen Penanggung Jawab
Rusdi Leidonald, SP, M.Sc

Oleh

                                                    Rianda putra
                                                     100302036







MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013






PENDAHALUAN


Latar Belakang
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem basis data yang bersifat spasial. Pemanfaatan SIG memberikan kemudahan bagi pengguna maupun pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijakan yang berkaitan dengan aspek spasial. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan SIG untuk memproses dan menganalisis data dengan cepat, dan dapat dipresentasikan dalam format geografis. SIG dapat digunakan untuk mengetahui panjang kabel dan kebutuhan komponen penunjang distribusi tenaga listrik dengan melihat jalur terpendek yang dilalui kabel sehingga waktu kerja juga dapat efisien. Selain itu pemanfaatan data spasial tentang panjang kabel juga dapat digunakan untuk analisis kondisi saluran distribusi tenaga listrik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan mengetahui besarnya tegangan drop dan rugi daya dari setiap panjang kabel. Pemanfaatan SIG juga dapat memberikan informasi trend pertumbuhan beban dan penggunaan beban pada area geografis yang diamati (Awalin dan Sukojo, 2003).
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem yang dapat digunakan untuk menangkap, menyimpan, menganalisa, serta mengelola data dan karakteristik yang berhubungan yang secara spasial mengambil referensi kebumi. Lebih jauh, system ini dapat didefinisikan sebagai system computer untuk memadukan, menyimpan, membagi, serta menampilkan informasi yang mengambil acuan geografis. Dalam bidang perairan, ilmu ini memiliki peranan yang sangat penting. Menata ruang suatu wilayah membutuhkan dukungan data dan informasi, baik spasial maupun non spasial, yang akurat dan terkini, terutama data dan informasitemati yang mengilustrasikan kondisi suatu wilayah. Perubahan kondisi wilayah pada daerah yang akan disusun rencana tata ruangnya, perlu dipahami dengan baik oleh para perencana, karena kualitas rencana tata ruang sangat ditentukan oleh pemahaman para perencana terhadap kondisi fisik wilayah perencanaan (Prasetyo, 2007).
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004).
Dengan menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat, sebagian data dan informasi spasial yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang dapat dibangun dalam sebuah system informasi yang berbasis pada koordinat geografis yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Geografis (SIG). Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, dalam SIG dimungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam layer-layer peta. Sistemin formasi yang meng-overlay-kan beberapa layertematik diatas peta dasar sungguh membantu proses analisa wilayah dan pemahaman kondisi wilayah bagi para perencana, serta dapat menghemat waktu karena sebagian proses dilakukan oleh piranti lunak, sehingga dengan SIG proses perencanaan tata ruang dapat lebih efisien dan efektif.
Sistem Informasi geografis merupakan suatu sistem yang mempunyai basis komputerisasi yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola, menganalisis, dan dapat mengaktifkan kembali data yang telah mempunyai referensi keruangan, untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. SIG dapat mengintegrasikan system opersi database seperti query dan analisis statistic dengan keuntungan analisis geografis yang di tawarkan dalam bentuk peta. Sistem Informasi Pemetaan (informasi spasial) yang dapat membedakan dengan system infomasi yang lainnya seperti contoh database. SIG dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik spasial dari data-data yang terdiri dari beberapa lapis digital. Perhitungan perubahan spasial dapat dilakukan melalui analisis tumpang susun (overlay analysis).
Database dapat didefinisikan sebagai kumpulan data yg saling terkait dan dirancang untuk menyatukan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga atau organisasi. Database ini mempunyai dua indicator penting yaitu integrated (terpadu) dan shared (mudah diakses dan digunakan). Sedangkan database management system (DBMS) adalah sebuah intermediasi antara program-program aplikasi oleh pengguna dan database yang ada. Pengguna menggunakan program aplikasi dan membutuhkan software untuk memproses data dalam DBMS environment dan kemudian menyimpan atau mengakses data. Jadi secara sederhana database merupakan kumpulan data persistent yang digunakan oleh sistem-sistem aplikasi dari berbagai pengguna tertentu.
Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan.






Tujuan
Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan :
1. Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
2. jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
3. Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi
     biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
4. Mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar










TINJAUAN PUSTAKA


Sistem Informasi Geografi
Ada 3 pandangan mengenai definisi SIG, yaitu menurut pendekatan dengan sudut pandang kegunaan alat (tool box approach), pendekatan database dan pendekatan proses. Dari sudut pandang kegunaan alat, SIG dapat didefinisikan sebagai seperangkat peralatan yang dipergunakan untuk mengoleksi, menyimpan, membuka, mentransformasi dan menampilkan data spasial dari sebuah kondisi geografis yang sebenarnya (real world). Sedangkan dari sudut pandang pendekatan database, SIG adalah sebuah sistim pangkalan data (database) dimana sebagian besar data diindex secara spatial/geografis dan dioperasikan dengan menggunakan seperangkat prosedur yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan data spasial/geografi. Menurut pandangan pendekatan proses SIG adalah seperangkat fungsi dengan kemampuan yang canggih, yang dapat digunakan oleh para profesional untuk menyimpan, menampilkan, dan memanipulasi atau mengoreksi data geografis serta spasial. Ketiga definisi tersebut sepakat adanya sebuah data yang mempunyai orientasi spasial/geografi (Prasetyo, 2007).


Global Positioning Sistem
Dunia teknologi berkembang sangat pesat. Terlebih lagi dalam bidang elektronika komunikasi. Belakangan ini dikenal teknologi GPS (Global Positioning System). Teknologi ini mampu memberikan informasi kedudukan benda yang berada dipermukaan bumi. Informasi yang disajikan memiliki koordinat tiga dimensi, yaitu posisi terhadap garis lintang, bujur dan ketinggian dari permukaan laut. Dalam penelitian ini, percobaan dilakukan terhadap sistem GPS yang terpasang di suatu tempat. Kemudian data-data GPS diakses jarak jauh dengan menggunakan ponsel. Jenis aplikasi ponsel yang digunakan adalah aplikasi SMS (Budiawan, dkk., 2010).
Saat ini banyak beredar peralatan GPS untuk keperluan navigasi dan rekreasi. Peralatan GPS seperti ini sering juga dimanfaatkan untuk keperluan survei pemetaan yang tidak memerlukan posisi tidak begitu teliti, seperti untuk pelacakan rencana batas, baik batas administrasi, batas kawasan pertambangan maupun batas kawasan hutan. Kendati bervariasinya peralatan GPS tipe navigasi, namun secara umun ketelitian posisi yang diperoleh berkisar antara 10-15 meter. Dan umumnya peralatan GPS navigasi dilengkapi dengan peta dijital. Adakalanya peta analog juga digunakan untuk membantu dalam bernavigasi. Agar perpaduan antara pemahaman posisi dan pemahaman pembacaan peta dapat lebih bermakna, maka pelatihan ini perlu untuk diikuti bagi peserta dari kalangan awam (Endang, dkk, 2011).


Penginderaan Jarak Jauh
Menurut Lillesand dan Kiefer, Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji. Penginderaan jarak jauh merupakan ilmu dalam interaksi informasi mengenai suatu objek, wilayah atau fenomena yang telah di kaji. Dalam konteks ini akan dibahas gambar-gambar optik yang diperoleh melalui sensor luar angkasa ( space-borne sensors ). Sebagisn besar satelit penginderaan jauh meliputi seluruh permukaan bumi, hal-hal penting untuk fenomena berskala luas seperti sirkulasi air laut, iklim, dan penebangan hutan global. Pemotretan satelit yang dilakukan secara berulang-ulang pada daerah yang sama dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Kemampuan seperti ini dapat mensimulasikan bagaimana perubahan yang terjadi dari masa lampau  dan masa yang akan dating (Sutanto, 1998).
Manfaat penginderaan jauh di bidang kelautan
Adapun manfaat penginderaan jarak jauh di bidang kelautan adalah sebagai berikut :
a. Mengamati sifat fisis laut, seperti suhu permukaan, arus permukaan, dan salinitas
    sinar tampak (0-200 m).
b. Mengamati pasang surut dan gelombang laut (tinggi, arah, dan frekwensi).
c. Mencari lokasi upwelling, singking dan distribusi suhu permukaan.
d. Melakukan studi perubahan pantai, erosi, dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).


Manfaat Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh
Adapun manfaat sistem informasi geografi dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut :
1. Data mengenai kandungan klorofil dan suhu permukaan air laut yang diperoleh
    dari NOAA AVRR yang memiliki fungsi sebagai prakiraan perikanan untuk   
    melihat kondisi ikan secara akurat
2. Data Warna Laut
    Memberikan informasi ketersediaan makanan dalam kolom air
3. Data Suhu
    Menggambarkan lingkungan laut, dengan Teknik boundaries/ fronts/ gradients dari
    klorofil dan SPL dapat memperoleh hasil yang meningkat antara 70-100% dalam
    perikanan pelagis/ ikan yang ada di dasar dan ikan-ikan demersal








KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari makalah tentang kegunaan system informasi geografi dalam bidang perikanan ini adalah :
1.      Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi system penginderaan jarak jauh yang merupakan bagian dari aspek sistem  informasi geografi karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling.
2.   Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.
3.    Data mengenai kandungan klorofil dan suhu permukaan air laut yang diperoleh dari NOAA AVRR yang memiliki fungsi sebagai prakiraan perikanan untuk  melihat kondisi ikan secara akurat.




                             DAFTAR PUSTAKA


Awalin dan Sukojo, 2003. Sistem Informasi Geografis dari http://www.ipb.ac.id
             diakses 25 Maret 2013.

Budiawan, dkk., 2010. Teknologi Global Position System dari
              http://www.asri.com diakses 25 Maret 2013.

Endang, dkk., 2011. Global Position System dari http://www.unhas.ac.id diakses
           02 April 2013.

Prasetyo, 2007. Definisi Sistem Informasi Geografis dari http://www.undip.ac.id
            diakses 25 April 2012.

Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004. Kegunaan Sistem Informasi Geografi
           Dalam Bidang Kelautan dan Perikanan.

Sutanto, 1998. Penginderaan jauh, Jilid I, Fakultas Geografi, Gajah Mada University
           Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar