KEGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
DALAM
BIDANG PERIKANAN
BIDANG PERIKANAN
Dosen Penanggung Jawab
Rusdi Leidonald, SP, M.Sc
Oleh
Rianda putra
100302036
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
PENDAHALUAN
PENDAHALUAN
Latar Belakang
Sistem
Informasi Geografis (SIG) adalah sistem basis data yang bersifat spasial.
Pemanfaatan SIG memberikan kemudahan bagi pengguna maupun pengambil keputusan
dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijakan yang
berkaitan dengan aspek spasial. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan SIG untuk
memproses dan menganalisis data dengan cepat, dan dapat dipresentasikan dalam
format geografis. SIG dapat digunakan untuk mengetahui panjang kabel dan
kebutuhan komponen penunjang distribusi tenaga listrik dengan melihat jalur
terpendek yang dilalui kabel sehingga waktu kerja juga dapat efisien. Selain
itu pemanfaatan data spasial tentang panjang kabel juga dapat digunakan untuk
analisis kondisi saluran distribusi tenaga listrik dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan mengetahui besarnya tegangan drop dan rugi daya
dari setiap panjang kabel. Pemanfaatan SIG juga dapat memberikan informasi
trend pertumbuhan beban dan penggunaan beban pada area geografis yang diamati
(Awalin dan Sukojo, 2003).
Sistem
Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem yang dapat
digunakan untuk menangkap, menyimpan, menganalisa, serta mengelola data dan
karakteristik yang berhubungan yang secara spasial mengambil referensi kebumi.
Lebih jauh, system ini dapat didefinisikan sebagai system computer untuk memadukan,
menyimpan, membagi, serta menampilkan informasi yang mengambil acuan geografis.
Dalam bidang perairan, ilmu ini memiliki peranan
yang sangat penting. Menata ruang suatu wilayah membutuhkan dukungan data dan
informasi, baik spasial maupun non spasial, yang akurat dan terkini, terutama
data dan informasitemati yang mengilustrasikan kondisi suatu wilayah. Perubahan
kondisi wilayah pada daerah yang akan disusun rencana tata ruangnya, perlu
dipahami dengan baik oleh para perencana, karena kualitas rencana tata ruang
sangat ditentukan oleh pemahaman para perencana terhadap kondisi fisik wilayah
perencanaan (Prasetyo,
2007).
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah
dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada
kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus
pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda
baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam
melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor
lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna
di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5oC dan
berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al.,
2001; Zainuddin et al., 2004).
Dengan
menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat, sebagian
data dan informasi spasial yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang dapat
dibangun dalam sebuah system informasi yang berbasis pada koordinat geografis
yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Geografis (SIG). Seiring
dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, dalam SIG dimungkinkan
penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta,
citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam
layer-layer peta. Sistemin formasi yang meng-overlay-kan beberapa
layertematik diatas peta dasar sungguh membantu proses analisa wilayah dan
pemahaman kondisi wilayah bagi para perencana, serta dapat menghemat waktu
karena sebagian proses dilakukan oleh piranti lunak, sehingga dengan SIG proses
perencanaan tata ruang dapat lebih efisien dan efektif.
Sistem Informasi
geografis merupakan suatu sistem yang mempunyai basis komputerisasi yang
berfungsi untuk menyimpan, mengelola, menganalisis, dan dapat mengaktifkan
kembali data yang telah mempunyai referensi keruangan, untuk berbagai tujuan
yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. SIG dapat mengintegrasikan
system opersi database seperti query dan analisis statistic dengan keuntungan
analisis geografis yang di tawarkan dalam bentuk peta. Sistem Informasi
Pemetaan (informasi spasial) yang dapat membedakan dengan system infomasi yang
lainnya seperti contoh database. SIG dapat digunakan untuk menganalisis
karakteristik spasial dari data-data yang terdiri dari beberapa lapis digital.
Perhitungan perubahan spasial dapat dilakukan melalui analisis tumpang susun (overlay analysis).
Database dapat
didefinisikan sebagai kumpulan data yg saling terkait dan dirancang untuk
menyatukan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga atau
organisasi. Database ini mempunyai dua indicator penting yaitu integrated
(terpadu) dan shared (mudah diakses dan digunakan). Sedangkan database
management system (DBMS) adalah sebuah intermediasi antara program-program
aplikasi oleh pengguna dan database yang ada. Pengguna menggunakan program
aplikasi dan membutuhkan software untuk memproses data dalam DBMS environment
dan kemudian menyimpan atau mengakses data. Jadi secara sederhana database
merupakan kumpulan data persistent yang digunakan oleh sistem-sistem aplikasi
dari berbagai pengguna tertentu.
Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator
oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan
dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu
diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin
merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai
parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data
lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan
banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang
produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini
akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias
mendapatkan banyak ikan.
Tujuan
Tujuan
dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan :
1.
Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
2. jumlah
yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
3. Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi
3. Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi
biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga
nelayan
4. Mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
4. Mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Geografi
Ada
3 pandangan mengenai definisi SIG, yaitu menurut pendekatan dengan sudut
pandang kegunaan alat (tool box approach), pendekatan database dan pendekatan
proses. Dari sudut pandang kegunaan
alat, SIG dapat didefinisikan sebagai seperangkat peralatan yang
dipergunakan untuk mengoleksi, menyimpan, membuka, mentransformasi dan
menampilkan data spasial dari sebuah kondisi geografis yang sebenarnya (real
world). Sedangkan dari sudut pandang pendekatan
database, SIG adalah sebuah sistim pangkalan data (database) dimana
sebagian besar data diindex secara spatial/geografis dan dioperasikan dengan
menggunakan seperangkat prosedur yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan data spasial/geografi. Menurut pandangan pendekatan proses SIG adalah
seperangkat fungsi dengan kemampuan yang canggih, yang dapat digunakan oleh
para profesional untuk menyimpan, menampilkan, dan memanipulasi atau mengoreksi
data geografis serta spasial. Ketiga definisi tersebut sepakat adanya sebuah
data yang mempunyai orientasi spasial/geografi (Prasetyo, 2007).
Global Positioning Sistem
Dunia
teknologi berkembang sangat pesat. Terlebih lagi dalam bidang elektronika
komunikasi. Belakangan ini dikenal teknologi GPS (Global Positioning System).
Teknologi ini mampu memberikan informasi kedudukan benda yang berada
dipermukaan bumi. Informasi yang disajikan memiliki koordinat tiga dimensi,
yaitu posisi terhadap garis lintang, bujur dan ketinggian dari permukaan laut.
Dalam penelitian ini, percobaan dilakukan terhadap sistem GPS yang terpasang di
suatu tempat. Kemudian data-data GPS diakses jarak jauh dengan menggunakan
ponsel. Jenis aplikasi ponsel yang digunakan adalah aplikasi SMS (Budiawan,
dkk., 2010).
Saat
ini banyak beredar peralatan GPS untuk keperluan navigasi dan rekreasi.
Peralatan GPS seperti ini sering juga dimanfaatkan untuk keperluan survei
pemetaan yang tidak memerlukan posisi tidak begitu teliti, seperti untuk
pelacakan rencana batas, baik batas administrasi, batas kawasan pertambangan
maupun batas kawasan hutan. Kendati bervariasinya peralatan GPS tipe navigasi,
namun secara umun ketelitian posisi yang diperoleh berkisar antara 10-15 meter.
Dan umumnya peralatan GPS navigasi dilengkapi dengan peta dijital. Adakalanya
peta analog juga digunakan untuk membantu dalam bernavigasi. Agar perpaduan
antara pemahaman posisi dan pemahaman pembacaan peta dapat lebih bermakna, maka
pelatihan ini perlu untuk diikuti bagi peserta dari kalangan awam (Endang, dkk,
2011).
Penginderaan Jarak Jauh
Menurut Lillesand dan Kiefer, Penginderaan
jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau
gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat
tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.
Penginderaan jarak jauh merupakan ilmu dalam interaksi informasi mengenai suatu
objek, wilayah atau fenomena yang telah di kaji. Dalam konteks ini akan dibahas
gambar-gambar optik yang diperoleh melalui sensor luar angkasa ( space-borne
sensors ). Sebagisn besar satelit penginderaan jauh meliputi seluruh
permukaan bumi, hal-hal penting untuk fenomena berskala luas seperti sirkulasi
air laut, iklim, dan penebangan hutan global. Pemotretan satelit yang dilakukan
secara berulang-ulang pada daerah yang sama dapat dilakukan dalam jangka waktu
yang lama. Kemampuan seperti ini dapat mensimulasikan bagaimana perubahan yang
terjadi dari masa lampau dan masa yang akan dating (Sutanto, 1998).
Manfaat penginderaan jauh di bidang
kelautan
Adapun
manfaat penginderaan jarak jauh di bidang kelautan adalah sebagai berikut :
a.
Mengamati sifat fisis laut, seperti suhu permukaan, arus permukaan, dan
salinitas
sinar tampak (0-200 m).
b. Mengamati pasang surut dan gelombang laut (tinggi, arah, dan frekwensi).
c. Mencari lokasi upwelling, singking dan distribusi suhu permukaan.
d. Melakukan studi perubahan pantai, erosi, dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).
b. Mengamati pasang surut dan gelombang laut (tinggi, arah, dan frekwensi).
c. Mencari lokasi upwelling, singking dan distribusi suhu permukaan.
d. Melakukan studi perubahan pantai, erosi, dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).
Manfaat Sistem Informasi Geografi
dan Penginderaan Jauh
Adapun
manfaat sistem informasi geografi dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut
:
1.
Data mengenai kandungan klorofil dan suhu permukaan air laut yang diperoleh
dari NOAA AVRR yang memiliki fungsi sebagai
prakiraan perikanan untuk
melihat kondisi ikan secara akurat
2.
Data Warna Laut
Memberikan informasi ketersediaan makanan dalam kolom air
3.
Data Suhu
Menggambarkan lingkungan
laut, dengan Teknik boundaries/ fronts/ gradients dari
klorofil dan SPL dapat memperoleh hasil yang meningkat antara 70-100%
dalam
perikanan pelagis/ ikan yang ada di dasar dan ikan-ikan demersal
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah tentang kegunaan system
informasi geografi dalam bidang perikanan ini adalah :
1.
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah
dilacak disuatu area melalui teknologi system penginderaan jarak jauh yang
merupakan bagian dari aspek sistem
informasi geografi karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi
lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling.
2. Penginderaan jauh adalah ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan
menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.
3. Data mengenai kandungan klorofil dan
suhu permukaan air laut yang diperoleh dari NOAA AVRR yang memiliki fungsi
sebagai prakiraan perikanan untuk
melihat kondisi ikan secara akurat.
DAFTAR PUSTAKA
diakses 25 Maret 2013.
Budiawan,
dkk., 2010. Teknologi Global Position
System dari
Endang,
dkk., 2011. Global Position System
dari http://www.unhas.ac.id diakses
02 April 2013.
diakses 25 April 2012.
Polovia
et al., 2001; Zainuddin et al., 2004. Kegunaan
Sistem Informasi Geografi
Dalam Bidang Kelautan dan Perikanan.
Sutanto,
1998. Penginderaan jauh, Jilid I,
Fakultas Geografi, Gajah Mada University
Press.